Perempuan itu jauh di sumatera bagian paling tengah,
dari sanak saudara paling selatan,
dan marga paling utara.
waktu itu perempuan itu; senyumnya
mekarnya merekah
lebih merah dari pelupuk mawar
yang selalu
dan selalu paling cantik
di padang kembang
yang tak pernah letih aku lewati
mekarnya merekah
lebih merah dari pelupuk mawar
yang selalu
dan selalu paling cantik
di padang kembang
yang tak pernah letih aku lewati
wahai mata yang berkaca-kaca
nanti dulu,
biarkan aku sejenak disini
ada yang masih ingin kupandang
seperti sajak ini
yang selalu
dan selalu indah
di sela-sela huruf
sekilas ada namamu, ananda
nanti dulu,
biarkan aku sejenak disini
ada yang masih ingin kupandang
seperti sajak ini
yang selalu
dan selalu indah
di sela-sela huruf
sekilas ada namamu, ananda
aku ingin
pada suatu hari nanti
entah rabu atau sabtu;
pun kamis atau minggu
hari-hari yang jadi kesukaanmu
kita duduk di pojok kedai kopi
sambil menyesap tegukan pertama kopimu
kamu mengejakan seraya terbata bata
"Mungkin sekarang waktunya..."
pada suatu hari nanti
entah rabu atau sabtu;
pun kamis atau minggu
hari-hari yang jadi kesukaanmu
kita duduk di pojok kedai kopi
sambil menyesap tegukan pertama kopimu
kamu mengejakan seraya terbata bata
"Mungkin sekarang waktunya..."
aku rindu melihatmu.
rangkaian kata inilah yang engkau kaligrafikan dalam secarik kertas masa lampau itu?
BalasHapus