Kamis, 30 Juli 2015

Seperti Apa yang Sudah Seharusnya

Mungkin mimpi ialah bara api;
Mewujud pada setiap baris yang menjadikanmu abadi.
Sudah pukul satu pagi, dan surat ini akan berakhir sebentar lagi.
Aku ingin mengakhirinya seperti apa yang sudah seharusnya.
Untuk setiap luka yang kita toreh satu sama lain, untuk setiap beban yang aku tumpahkan padamu,
aku meminta maaf.
Aku bersyukur, kau lah orang yang pernah bersamaku.
Tidak dia.
Tidak imaji terbaikmu dalam anganku. Tidak yang lain.
Kau, utuh, nyata, apa adanya.
Kau dan aku tumbuh bersama hingga kita menjadi seperti sekarang ini.
Berdiri dengan kaki sendiri-sendiri, bahagia dengan kebahagiaan masing-masing.
Pada setiap detik yang terus berdetak,
pada ribuan hari hari yang terlanjur kita habiskan bersama.
Untuk setiap cengkrama yang tidak lagi menjadi irama.
Seandainya pertemuan kita di masa lalu tidak pernah nyata,
Aku lebih bersyukur.
Kau adalah sahabatku hingga akhir.
Kita adalah salah satu semoga yang selalu dan selalu tidak akan pernah diridhai Semesta.
Kelak saat dihari yang paling berbahagia,
aku akan menjadi salah seorang temanmu yang hadir.
Menyantap makanan yang sudah disediakan dan menanti giliran untuk mengambil gambar bersama.
Seperti apa yang sudah seharusnya. 
:)


Best Regards,
Yang ikut berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar